Thursday, March 27, 2008

Pengomposan-5 : Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos (UDPK)

( for English version go to : http://practicallygreen-sn.blogspot.com )

Untuk pengomposan skala lingkungan atau pilot skala kota dapat menggunakan Teknis Pembuatan Kompos UDPK (Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos) :

§ Kriteria Teknis
Ø Jumlah sampah 10 m3/hari
Ø Metode dengan pengomposan aerobic
Ø Lama pengomposan 55 hari

§ Perhitungan Volume Pengomposan
Ø Volume sampah = 10 m3/hari x 55 hari = 550 m3
Ø Direncanakan bidang pengomposan : Tinggi = 1,5 m ; Lebar = 1,75 m ; Panjang = 2,0 m

§ Desain Pengomposan
Penyediaan lahan kira-kira seluas 1000 m2, dengan perincian 300 m2 untuk ruang sortir (ruang terbuka), 500 m2 ruang pengomposan (tertutup dengan atap sederhana atau bisa juga terbuka) dan 200 m2 gudang kompos.

§ Perlengkapan Utama Proses
Ø Terowongan Udara
Digunakan sebagai dasar tumpukan dan saluran udara. Di tengah ada rangka penguat P=+ 2 m, L=0,25-0,5 m, T=+ 0,5 m, sudut 45˚. Ini cukup untuk sampah 2-3 ton.
Ø Termometer Alkohol
Digunakan sebagai alat pengukur suhu tumpukan. Jangan memakai thermometer air raksa karena bila pecah dapat meracuni kompos. Di ujung ada tali benang untuk mengulur thermometer masuk lubang dan menariknya kembali
Ø Keranjang
Digunakan sebagai alat untuk mengangkut bahan ke tempat tumpukan. Alat berbentuk lain/kotak, dsb juga dapat dipakai
Ø Ayakan / Saringan / Penyaring
Digunakan untuk mengayak kompos matang agar dapat dipisahkan sesuai ukurannya
Ø Cangkrang
Alat untuk membalik tumpukan bahan dan juga membantu pemilahan sampah
Ø Sarung Tangan
Merupakan alat pelindung tangan waktu memilah sampah
Ø Sepatu Kerja / Boots
Merupakan alat pelindung kaki sewaktu bekerja
Ø Helm
Merupakan pelindung kepala sewaktu bekerja
Ø Sekop
Untuk membantu dalam pengayakan dan pekerjaan lain
Ø Masker
Untuk melindungi system pernafasan dari debu, dll
Ø Perlengkapan tambahan yaitu Timbangan
Untuk menimbang berat kompos sebelum dikemas dalam kemasannya. Penggunaannya tergantung pada keperluan
Ø Perlengkapan untuk pertolongan pertama yaitu Kotak PPPK
Kotak PPPK berisi obat luka, pembalut (besar dan kecil), tetes mata, alcohol, dan obat-obatan tangan lainnya

§ Bahan Kompos
Bahan yang dikomposkan sebaiknya berasal dari sampah yang masih segar. Kemudian hanya bahan organic pilihan yang diolah menjadi kompos. Hal ini untuk menghindari timbulnya lalat, bau juga memelihara agar usaha pengomposan ini aman dan menguntungkan. Oleh karena itu sampah harus disortir (dipilah) lebih dahulu (lihat Gambar-8). Hanya bahan organic pilihan seperti daun-daunan lunak, sisa kulit buah-buahan dan sayuran serta sisa-sisa makanan yang akan dikomposkan. Ranting, sabut dan tempurung kelapa, biji dan kulit salak dan semacamnya termasuk bahan yang sulit dikomposkan (makan waktu lama) sehingga harus disingkirkan. Sedangkan yang termasuk barang-barang lapak (misalnya botol, kaleng, plastic, kardus, dan kertas) dapat dikumpulkan dan dijual. Barang-barang berbahaya seperti paku, bekas lampu neon, sisa pestisida, jarum suntik, obat kadaluwarsa, baterai dan sejenisnya harus dipisahkan dan diamankan dengan dikumpulkan dan dimasukkan dalam kotak atau dibungkus dengan rapi. Selanjutnya diserahkan kepada Petugas Kebersihan agar dibuang di lokasi Pembuangan Akhir. Barang-barang tersebut dapat membahayakan atau melukai orang dan beberapa jenis diantaranya bila hancur/tercampur dapat mencemari kompos. Segala macam bahan yang tidak bisa dikomposkan atau tidak dapat dijual lagi disebut residu. Residu ini harus dibuang dari lokasi usaha pengomposan secara teratur. Dengan demikian residu ini tidak menumpuk sehingga penggunaan lahan menjadi efisien dan efek pencemarannya dapat diperkecil.

§ Langkah Dasar Pembuatan Kompos
Langkah-langkah proses pengomposan berikut dapat digambarkan dalam diagram pada Gambar-9 dan ilustrasi pada Gambar 10 sampai Gambar 29:

LANGKAH-1 : PEMILAHAN SAMPAH
- Sampah yang masuk dipilah untuk mendapatkan bahan organik pilihan sebagai bahan baku kompos. Selain itu, barang berbahaya dapat diamankan dan barang-barang yang dapat didaur ulang bisa dikumpulkan untuk dijual.
- Sisa dari pemilahan tersebut dinamakan residu, yang secepatnya harus dikeluarkan dari lokasi, sehingga tidak menyita tempat dan mengurangi pencemaran.
- Pemilahan sebaiknya segera dilakukan supaya bahan yang mudah rusak tidak membusuk secara liar dan menimbulkan bau tidak menyenangkan di tempat pengomposan.
- Pemilahan harus dikerjakan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu komposnya. Pemilahan yang teliti akan menjamin kecepatan proses dan produk yang aman. Prosesnya cepat karena bahan yang diolah mudah menjadi lapuk, dan aman karena bebas dari logam berat serta bahan berbahaya lainnya.

LANGKAH-2 : PENUMPUKAN BAHAN KOMPOS
Selanjutnya bahan-bahan pilihan tadi disusun menjadi tumpukan diatas terowongan udara. Agar proses pengomposan berjalan baik, ukuran tinggi tumpukan diusahakan sekitar 1,5 m, lebar 1,75 m dan panjang mencapai sekitar 2 m. Ukuran sebesar ini setara dengan + 2-3 ton sampah. Langkah ini dapat berlangsung s/d 3 hari, misalnya karena bahan tidak mencukupi atau karena pemilahan tidak bisa selesai pada hari itu. Bila terlalu lama, dapat terjadi pembusukan liar yang sangat tidak diinginkan.

LANGKAH-3 : PEMANTAPAN SUHU SELAMA 2-4 HARI YANG PERTAMA
Pada tahap ini, perlahan-lahan suhu tumpukan bahan akan naik mencapai 65˚Celcius atau lebih. Suhu setinggi ini selama beberapa hari diperlukan untuk mematikan biji tanaman yang tidak dikehendaki (gulma), membunuh bibit penyakit (bakteri pathogen) dan membantu memperlunak bahan yang sedang dikomposkan. Suhu terlalu tinggi dalam waktu panjang tidak dibenarkan, karena juga akan membunuh jazad renik yang diperlukan dalam pengomposan, sehingga proses akan terhenti dan bahan tidak berubah menjadi kompos (masih mentah). Kompos mentah dapat membahayakan tanaman kelak. Maka bila suhu terlalu tinggi, harus dilakukan pembalikan tumpukan.

LANGKAH-4 : MEMBERIKAN PERLAKUAN BERDASARKAN SUHU & KELEMBABAN
Kondisi tumpukan harus terus dipelihara agar kegiatan pelapukan bahan oleh jazad renik berlangsung dengan baik, sehingga proses pelapukan berakhir (+ 35-40 hari lamanya). Hal ini dilakukan dengan memberikan perlakuan pada tumpukan bahan. Kondisi tumpukan diketahui dengan mengamati suhu dan kelembaban. Kegiatan pelapukan bahan dikerjakan oleh aneka ragam jazad renik. Mereka bekerja aktif pada suatu daerah suhu dan kelembaban tertentu, selain itu oksigen harus cukup tersedia. Karenanya kondisi itu harus dipelihara dalam batas tersebut agar kegiatan jazad renik pelapukan dapat berjalan sebaik-baiknya. Berjalannya proses pelapukan dipantau melalui pengamatan suhu dan kelembaban/kebasahan. Suhu diukur dengan thermometer alcohol, sedangkan tingkat kelembaban diperiksa dengan cara bahan dikepal dengan tangan. Teknik mengatur suhu dan tingkat keabsahannya dilakukan pembalikan dan penyiraman. Pembalikan menjamin tersedianya oksigen dalam tumpukan.

- Pemantauan Suhu
Suhu yang diinginkan selama proses pelapukan berkisar antara 45˚C-65˚C. Pengukuran suhu dilakukan dengan thermometer alcohol, yang ditancapkan pada 3 hingga 5 tempat pada sisi tumpukan, dan kemudian dihitung rata-ratanya. Suhu rata-rata tumpukan adalah hasil penjumlahan angka pembacaan suhu dari tiap lubang thermometer, dibagi jumlah lubang thermometer. Angka yang didapat merupakan angka suhu rata-rata sebuah tumpukan. Contoh : ada 3 lubang thermometer yang dibaca, sebagai berikut : t1 = 56˚C, t2=68˚C dan t3 = 72˚C, total = 196˚C, maka suhu rata-rata (untuk satu kali pengukuran) = 196˚C : 3 titik = 65,3˚C.
- Pemeriksaan kelembaban Bahan
Ambil bahan dari bagian yang dalam, kemudian diremas dengan kepalan tangan. Bila dari remasan tidak keluar air sama sekali dan buyar bila dilepaskan, berarti kering. Tumpukan harus disiram air. Bilamana air mengalir cukup banyak dari sela-sela jari, berarti tumpukan air terlalu basah dan pembalikan tumpukan perlu dilakukan dengan segera. Bila terlalu basah, udara akan susah lewat di rongga antar bahan. Bila dikepal hanya menghasilkan tetes/percikan kecil air di sela-sela jari, maka kelembaban yang diinginkan dicapai. Pada kondisi ini kelembaban adalah sekitar 50%.
- Perlakuan yang diberikan pada Tumpukan
Bentuk perlakuan pada proses pengomposan adalah melakukan ‘pembalikan’ dan ‘penyiraman’. Pada waktu pembalikan tumpukan tidak jarang juga dilakukan penyiraman secara bersamaan.
Pembalikan tumpukan:
Tujuan dilakukan pembalikan adalah membuang panas yang berlebihan (menurunkan suhu), memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil. Ada dua macam cara pembalikan :
Cara pertama : “pembalikan ganda” yaitu tumpukan dibongkar dengan di sekeliling terowongan bamboo, setelah tumpukan dibongkar selanjutnya bahan disusun kembali ke tempatnya semula menjadi tumpukan, Keuntungan dari pembalikan ganda adalah bisa menghemat tempat dan pengaruh pembalikan merata. Namun tenaga dan waktu yang dikeluarkan untuk membalik akan lebih banyak. Ini mengarah pada biaya yang lebih besar. Sedangkan pembalikan tunggal menuntut lahan yang lebih luas, di pihak lain waktu dan tenaga kerjanya kecil. Masing-masing mempunyai kelebihan tersendiri. Bilamana luasnya lahan untuk pengomposan tidak ada masalah (apalagi ditambah dengan mahalnya ongkos tenaga kerja), maka pembalikan tunggal dapat diterapkan.
Cara kedua : “pembalikan tunggal” yaitu tumpukan dibongkar dengan memindahkannya di tempat baru di sebelahnya, tempat tumpukan yang lama ditinggalkan dan dipakai sebagai tempat baru bagi tumpukan yang lain.
Penyiraman tumpukan:
Penyiraman dilakukan bila diketahui tingkat kebasahan tumpukan tersebut kurang atau tidak mencukupi. Umumnya dikerjakan pada saat pembalikan, namun dapat dilakukan langsung bila diperlukan.

LANGKAH-5 : PEMATANGAN KOMPOS
- Setelah waktu berjalan kurang lebih selama 35-40 hari, akan terlihat suhu rata-rata tumpukan makin menurun. Bahan telah lapuk dan menyerupai tanah, warnanya coklat tua atau kehitaman, maka bahan telah menjadi kompos.
- Kemudian masuk pada tahap pematangan yang memerlukan waktu pematangan selama 14 hari. Ini dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa kompos telah benar-benar matang untuk dapat menjamin bahwa kompos benar-benar aman ketika dipakai oleh pengguna kompos. Artinya bila kompos itu dipakai, tidak mengganggu tanaman atau malah membuat tanaman mati. Selama 14 hari tumpukan bila perlu diberi perlakuan agar mencapai kematangan yang mantap.
- Suhu tumpukan kompos tetap selalu dipantau selama waktu pematangan. Waktu selama 14 hari ini lebih dari cukup daripada waktu yang dibutuhkan untuk pematangan.

LANGKAH-6 : PEMANFAATAN DAN PENGEMASAN
Setelah seluruh tahap proses dilalui dan menjadi kompos matang, maka dilakukan pemanenan. Kompos dipisahkan (diayak) antara bagian-bagian yang halus dan kasar, sekaligus juga menyingkirkan serpihan plastic dan bahan lain yang tidak berguna. Selanjutnya agar kompos siap untuk dipasarkan, maka kompos perlu dikemas dalam ukuran yang sesuai dengan kehendak pembeli. Juga ukuran butir kompos harus cocok dengan kebutuhan pemakai. Untuk mendapat ukuran butiran kompos yang diinginkan, maka kompos tersebut harus disaring/diayak memakai ayakan kawat dengan ukuran lubang kawat yang sesuai dengan butiran kompos yang dikehendaki. Langkah pengayakan dan pengemasan lebih tergantung kepada selera atau kemauan pasar (pemakai atau pembeli). Untuk kegunaan tertentu dibutuhkan butiran kompos yang lembut/halus (missal untuk pot dan persemaian) atau butiran sedang/kasar (misalnya untuk kebun buah-buahan). Untuk kepentingan eceran dan rumah tangga diperlukan kemasan kecil (missal 1 s/d 10 kg), sedangkan perkebunan dan pemakai dalam jumlah besar akan lebih suka membeli dalam bentuk curah atau dalam karung.

Berdasarkan pengalaman, seluruh proses pengomposan berlangsung selama kurang lebih 55 hari, mulai dari pemilahan dan penumpukan sampai dengan kompos dipanen dan dikemas dalam plastic atau karung. Ini jauh lebih cepat dari proses anaerobic (tidak memerlukan oksigen). Contoh proses anaerobic antara lain diperam dalam tanah, dimasukkan tempat tertutup rapat dsb. Pada umumnya proses anaerobic butuh waktu total sekitar 3-4 bulan atau lebih. Selisih waktu satu bulan ini sangat berarti, terutama bagi pengusaha kompos.

Sesuai prosedur baku “usaha untuk membunuh bibit pathogen”, dapat disimpulkan bahwa kompos dengan proses ini aman dari bibit penyakit. Selain itu juga aman dari benih gulma. Hasil analisa laboratorium terhadap contoh-contoh kompos sejauh ini menunjukkan bahwa kompos tersebut aman dalam hal kandungan bahan berbahaya. Persyaratan kandungan logam beray dan bahan berbahaya lainnya tersebut menggunakan standar Environmental Protection Agency (EPA) / Lembaga Perlindungan Lingkungan USA yang amat ketat. Tambahan lagi, kompos ini kaya akan zat hara mikro yang tidak terdapat pada pupuk kimia.

No comments: