Thursday, March 27, 2008

Pengomposan-1 : METODE PEMBUATAN KOMPOS

( for English version go to : http://practicallygreen-sn.blogspot.com )

1. UMUM
Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk membuat harga tanah semakin tinggi tetapi di sisi lain kebutuhan akan lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah terus meningkat, sehingga biaya untuk penimbunan sampah menjadi semakin tinggi. Berdasarkan kendala tersebut maka perlu dicari alternative jalan keluar untuk memanfaatkan sampah atau mengelola sampah dengan cara lain sehingga kebutuhan lahan untuk TPA sampah bisa dikurangi. Salah satu alternatif adalah dengan pembuatan kompos.

Pembuatan kompos ini dapat dilakukan dengan berbagai skala, antara lain adalah :
a) Sampah domestik :
§ Pengomposan skala Rumah Tangga
§ Pengomposan skala RT/RW
§ Pengomposan skala desa/Kelurahan
§ Pengomposan skala kawasan pemukiman
b) Sampah non domestik
§ Pengomposan skala kawasan pertokoan
§ Pengomposan skala satu atau beberapa hotel dan restaurant
§ Dll
c) Sampah kota
§ Pengomposan di TPA sampah

2. KEUNTUNGAN PEMBUATAN KOMPOS
Selain mengurangi jumlah sampah, ada beberapa keuntungan dalam pemanfaatan sampah untuk kompos ini, yaitu :
a) Keuntungan pembuatan kompos untuk lingkungan :
§ Mengurangi tumpukan sampah yang akan mencemarkan udara, tanah, sumber air
§ Memberikan kemudahan untuk proses daur ulang, begitu pula kualitas hasil daur ulang lebih baik karena tidak tercemari sampah organic
§ Memperbaiki tekstur tanah sehingga menjadi media tumbuh yang lebih baik
§ Bisa dimanfaatkan untuk penghijauan sehingga udara kota terasa segar
b) Keuntungan pembuatan kompos untuk masyarakat:
§ Menciptakan lapangan kerja
§ Memungkinkan dibuat system pertanian dengan lahan sempit dengan memanfaatkan kompos sebagai media tumbuh
§ Memberi keamanan kerja bagi lapak dan pemulung yang berperan penting dalam system daur ulang
c) Keuntungan pembuatan kompos bagi Pemerintah Daerah
§ Mengurangi biaya operasional untuk pengumpulan, pengangkutan dan pengelolaan TPA sampah
§ Menambah umur TPA sampah, mengurangi jumlah timbunan sampah dan juga mengurangi kebutuhan lahan untuk TPA sampah

3. METODE PENGOMPOSAN
Berdasarkan prosesnya, beberapa metode pengomposan yang dapat dikembangkan antara lain :
a) Pengomposan dengan proses anaerobic
Merupakan proses pengomposan yang tidak memerlukan oksigen. Pengomposan ini biasanya dilakukan dengan diperam dalam tanah, dimasukkan tempat yang tertutup rapat, dsb. Proses pengomposan ini biasanya membutuhkan waktu total sekitar 3-4 bulan atau lebih.
b) Pengomposan dengan proses aerobic
Merupakan proses pengomposan yang memerlukan oksigen. Pengomposan ini biasanya dilakukan dengan membuat terowongan (windrow) yang akan melewatkan udara dingin yang mengandung oksigen, sehingga terjadi pelapukan sampah. Proses pengomposan ini biasanya membutuhkan waktu yang lebih pendek daripada proses pengomposan secara anaerobic, yaitu sekitar 55 hari.
c) Pengomposan dengan proses fermentasi menggunakan EM4 (bioactivator)
Merupakan metode pengomposan dengan bantuan zat EM4 untuk fermentasi dan waktu pengomposan dapat dipercepat sehingga hanya memerlukan waktu 3-4 hari dan bahkan bisa ekspress 24 jam. Salah satu metode ini juga dikenal dengan nama BOKASHI. Ada 3 macam BOKASHI yaitu BOKHASI Biasa, BOKHASI Pupuk Kandang Tanah dan BOKASHI Ekspress.
d) Pengomposan dengan menggunakan cacing (Vermi Composting)
Merupakan proses pengomposan yang menggunakan cacing. Dalam proses ini sampah-sampah yang mengandung bahan organik akan menjadi bahan makanan cacing dan kompos akan dihasilkan dari kotoran-kotoran hasil pencernakan cacing tersebut. Metode ini telah berhasil dikembangkan di Bandung (oleh Ir. Budi Listyawan, PT.Kartika Pradiptaprisma) dalam berbagai skala yaitu skala Rumah Tangga atau Modul Persada dengan jumlah sampah terserap 0,10 m3/hari, Modul Alam dengan sampah terserap 0,50 m3/hari, Modul Asri dengan sampah terserap 2 m3/hari, Modul Lestari dengan sampah terserap 10 m3/hari dan skala Kawasan dengan sampah terserap 15 m3/hari.

4. PERKIRAAN JUMLAH SAMPAH YANG BISA DIBUAT KOMPOS
Jenis sampah yang bisa dibuat kompos ditentukan oleh komposisi organic pada sampah, dimana jumlah kandungannya berbeda untuk setiap sumber sampah. Sampah dari sumber rumah tangga (domestic), sampah pasar, sampah restaurant, sampah taman dan jalan biasanya mengandung komposisi organic lebih besar dibandingkan sampah dari sumber lainnya. Untuk selanjutnya penentuan volume sampah yang akan dibuat kompos disesuaikan dengan rencana skala pembuatan kompos, yaitu :
1) Skala Rumah Tangga / KK
Dengan asumsi dalam satu keluarga terdiri dari 5 orang, timbulan sampah adalah 2,5 liter/orang/hari, komposisi organic dalam sampah adalah 80%, maka jumlah sampah yang dapat dibuat kompos dalam satu keluarga adalah 0,01 m3/hari.
2) Skala Lingkungan
Skala RT/RW
Dengan asumsi dalam satu RT/RW terdiri dari 20 KK, dengan jumlah sampah yang dapat dibuat kompos adalah 10 ltr/kk/hari, maka jumlah sampah untuk pengomposan dalam skala RT/RW adalah 0,2 m3/hari.
Skala Desa/Kelurahan
Dengan asumsi dalam satu desa/kelurahan terdiri dari 1000 KK, maka jumlah sampah untuk pengomposan dalam skala desa/kelurahan adalah 10 m3/hari.
Skala Kawasan
Jumlah sampah disesuaikan dengan produksi sampah yang dihasilkan oleh tiap kawasan (kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan hotel dan restaurant, dll) yang akan dikelola
3) Skala Kota
Pengomposan dalam skala kota biasanya dilakukan di TPA sampah. Sumber sampah kota yang paling bagus dijadikan kompos biasanya adalah sampah dari pasar, karena sampah pasar terutama pasar sayuran memiliki komposisi organic yang bagus untuk kompos. Pengomposan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan untuk mendistribusikan kompos yang dihasilkan. Kendala yang selama ini menghambat sistem pengomposan adalah kesulitan untuk mendistribusikan kompos. Untuk itu dapat dilakukan usaha kerjasama antara Pemda dengan perkebunan dan kehutanan. Semakin banyak sampah yang didistribusikan, semakin banyak sampah yang dibuat kompos. Sebagai langkah awal dapat dibuat suatu Pilot Project dengan jumlah sampah yang dibuat kompos misalnya 10 m3/hari, kemudian apabila berhasil dapat dikembangkan ke tahap selanjutnya.

5. DESAIN PENGOMPOSAN

Berdasarkan metode dan skala pengomposan, beberapa desain pengomposan telah dikembangkan antara lain sebagai berikut :
Skala Rumah Tangga:
1. KOTAK PENGOMPOSAN dalam LUBANG PEMERAMAN
2. EMBER/TONG PENGOMPOSAN
3. KERANJANG PENGOMPOSAN BERLUBANG / KERANJANG TAKAKURA
4. KOMPOS CAIR AROMA BUAH
5. KOMPOSTER Karya SUKAMTO
Skala Lingkungan / Skala Rumah Tangga:
6. VERMI COMPOSTING
7. BOKASHI
Skala Kota / Skala Lingkungan:
8. UDPK / Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos

No comments: